Senin, 22 Maret 2010

Cinta dalam Ketiadaan

CINTA DALAM KETIADAAN

Jalaludin Rumi

Betapa tak kan sedih aku, bagai malam, tanpa hari-Nya

Serta keindahan wajah hari terang-Nya?

Rasa pahit-Nya terasa manis bagi jiwaku : semoga hatiku menjadi

Korban bagi kekasih yang membuat pilu hatiku!

Aku sedih dan tersiksa karena cinta

Demi kebahagiaan RAJA-ku yang tiada bandingnya

Titik air mata demi DIA adalah mutiara,

Meski orang menyangka hanya sekedar air mata.

Kukeluhkan jiwa dari jiwaku, namun sebenarnya aku tidak mengeluh :

Aku cuma berkisah

Hatiku bilang tersiksa oleh-Nya, dan ku tertawakan seluruh dalihnya.

Perlakukanlah aku dengan benar O Yang Maha Benar,

O Engkaulah Mimbar Agung, dan akulah ambang pintu-Mu!

Di manakah sebenarnya ambang pintu dan mimbar itu?

Di manakah Sang Kekasih , di manakah “kita” dan “aku”?

O Engkau, Jiwa yang bebas dari “kita” dan “aku”.

O Engkaulah hakekat ruh lelaki dan wanita.

Ketika lelaki dan wanita menjadi satu,

Engkau-lah Yang Satu itu;

Ketika bagian-bagian musnah, lihatlah,

Engkau-lah Kesatuan itu.

Engkau ciptakan “aku” dan “kita” supaya memainkan

Puji-pujian bersama diri-Mu.

Hingga seluruh “aku” dan “engkau” dapat menjadi satu jiwa

Serta akhirnya lebur dalam Sang Kekasih…

Ketika Sebutan Belum Ada

KETIKA SEBUTAN BELUM ADA

Jalaludin Rumi

Aku berada di hari ketika Nama belum ada,

Ketika tiada wujud yang sudah menyandang namaNya.

Nama dan Yang dinamakan pun muncul di hadapanku

Pada hari ketika tiada Aku dan Kita

Sebagai tanda, ujung rambut Kekasih merupakan pusat wahyu

Namun ujung rambut yang indah itu belum ada.

Salib dan Orang Kristen, dari ujung ke ujung,

Kuperiksa :

Dia tidak ada di salib.

Aku pergi kerumah berhala, ke pagoda tua

Tiada tanda apapun di sana.

Aku pergi ke bukit-bukit Herat dan Kandahar

Ku pandang :

Dia tak ada di bukit maupun dilembahnya.

Dengan niat kuat kuberanikan diri ke puncak gunung Qaf

Di tempat itu hanya ada tempat tinggal burung “Anqa”,

Aku pun mengubah pencarianku ke Ka’bah

Dia tidak berada di tempat kaum tua dan muda.

Aku bertanya kepada Ibn Sina tentang-Nya

Ia ternyata diluar jangkauannya.

Kuberanikan diri menuju ke “jarak dua busur”

Dia pun tidak ada di ruang agung itu.

Aku menatap hatiku sendiri

Disana kulihat Dia

Dia tak ada di tempat lain.

Kecuali Shamsi Tabriz yang berjiwa murni

Tak ada yang pernah mabok dan melayang dan bingung sekali

---000---

Bila makrifat kepada Dzat ingin kau dapat

lepas aksara galilah makna

Bila kau bijak

ambilah mutiara dari cangkangnya

Katupkan bibirmu, tutup matamu, sumbat telingamu

tertawakan aku,

manakala engkau tidak melihat rahasia Al Haq

Kahlil Gibran

KAHLIL

GIBRAN

Tuhan telah memasang pelita dalam hati-hati kita

yang menyinarkan pengetahuan dan keindahan

Dosalah yang mematikan pelita itu dan

menguburkannya dalam abu

Tuhan telah menciptakan jiwa-jiwa kamu

dengan sayap-sayap untuk terbang

di langit Cinta dan Kebebasan yang luas

Alangkah sayangnya kalau kamu tebas sayapmu

dengan tanganmu sendiri dan memaksa jiwamu

merangkak-rangkak bagaikan kutu di atas tanah.

Renungan-Renungan Spiritual

Penerbit-percetakan Bentang

Rosulullah Bersabda

ROSULULLAH BERSABDA

Man arofa nafsahu faqod arofa robbahu

Wa man arofa robbahu fakod jahilan nafsahu

Barang siapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya

Dan barang siapa mengenal Tuhannya, maka dirinya merasa bodoh

Man tolabal maolana bigoeri nafsi

Faqoddola dolalan baida

Barang siapa yang mencari Tuhan

keluar dari dirinya sendiri

maka dia akan tersesat

semakin jauh dari Tuhannya

Iqro kitabaqo kafa binafsika

Alyaoma alaika hasbi

Kalian harus membaca kitab yang kekal

yaitu kitab yang ada di dalam diri kalian sendiri