Senin, 22 Maret 2010

Ketika Sebutan Belum Ada

KETIKA SEBUTAN BELUM ADA

Jalaludin Rumi

Aku berada di hari ketika Nama belum ada,

Ketika tiada wujud yang sudah menyandang namaNya.

Nama dan Yang dinamakan pun muncul di hadapanku

Pada hari ketika tiada Aku dan Kita

Sebagai tanda, ujung rambut Kekasih merupakan pusat wahyu

Namun ujung rambut yang indah itu belum ada.

Salib dan Orang Kristen, dari ujung ke ujung,

Kuperiksa :

Dia tidak ada di salib.

Aku pergi kerumah berhala, ke pagoda tua

Tiada tanda apapun di sana.

Aku pergi ke bukit-bukit Herat dan Kandahar

Ku pandang :

Dia tak ada di bukit maupun dilembahnya.

Dengan niat kuat kuberanikan diri ke puncak gunung Qaf

Di tempat itu hanya ada tempat tinggal burung “Anqa”,

Aku pun mengubah pencarianku ke Ka’bah

Dia tidak berada di tempat kaum tua dan muda.

Aku bertanya kepada Ibn Sina tentang-Nya

Ia ternyata diluar jangkauannya.

Kuberanikan diri menuju ke “jarak dua busur”

Dia pun tidak ada di ruang agung itu.

Aku menatap hatiku sendiri

Disana kulihat Dia

Dia tak ada di tempat lain.

Kecuali Shamsi Tabriz yang berjiwa murni

Tak ada yang pernah mabok dan melayang dan bingung sekali

---000---

Bila makrifat kepada Dzat ingin kau dapat

lepas aksara galilah makna

Bila kau bijak

ambilah mutiara dari cangkangnya

Katupkan bibirmu, tutup matamu, sumbat telingamu

tertawakan aku,

manakala engkau tidak melihat rahasia Al Haq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar